Kamis, 22 Mei 2014

Tim sepakbola MTsN Olak Kemang bakal berlaga di LPI Kota Jambi

Tim Sepakbola MTsN Olak Kemang Siap Berlaga di LPI Kota Jambi Tahun 2014

 
Kota Jambi (MTsN Olak Kemang) —Event akbar pecinta sepakbola dikalangan pelajar Liga Pendidikan Indonesia ( LPI ) tahun 2014 akan segera dimulai. Lomba yang melibatkan sekolah tingkat SMP/MTs tersebut akan berlangsung pada 22 Mei 2014 s/d 04 Juni 2014. Kegiatan yang berlangsung selama 15 hari itu direncanakan pembukaannya oleh Walikota Jambi H. Sy Pasha pada tanggal  26 Mei 2014 di Lapangan Korem Garuda Putih Jambi. 
Sebagai salah satu tim yang cukup diperhitungkan, tim LPI MTsN Olak Kemang tahun ini kembali mengirimkan wakil-wakil terbaiknya, yang selain pintar mengolah si kulit bundar, usia pesertapun tidak boleh lebih dari 15 tahun.
Drs. Laswardi, sebagai guru olah raga mengungkapkan, bahwa untuk menghadapi liga Pendidikan ini para siswa diberikan latihan secara intensif, hal ini dilakukan untuk menambah kesiapan fisik dan mental para siswa.
“Harapannya kita  dapat menggondol prestasi yang lebih baik, pada tahun kemarin kita dapat meraih juara Harapan I LPI tk SMP/MTs se-Kota Jambi,  dan mudah-mudahan tahun ini, kita dapat kembali menorehkan prestasi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Madrasah Ahmad Faisol, S.PdI menjelaskan bahwa segala kegiatan yang bersifat positif akan selalu kita dukung, dan liga ini merupakan barometer prestasi bagi anak-anak kita dalam bidang olahraga sepak bola, bahkan tidak menutup kemungkinan, mereka bisa berprestasi di tingkat yang lebih tinggi, ditingkat Propinsi, atau bahkan Masuk Timnas,” jelasnya. (ilu)
red:paspi

or bisa baca langsung di : http://jambi.kemenag.go.id/

Selasa, 20 Mei 2014

Pelepasan MTsN Olak Kemang 2013/2014

Acara pelepasan MtsN Olak Kemang berlangsung meriah dan sukses

Jambi (MTsN Olak Kemang)—Acara pelepasan siswa/siswi Tahun Ajaran 2013/2014 yang digelar di halaman MTsN Olak Kemang Kota Jambi pada hari ini (14/05/2014) berjalan sukses. Acara yang sudah menjadi agenda tahunan MTsN Olak Kemang ini semakin meriah dengan menampilkan kreativitas seni dan budaya dari siswa dan siswi, beragam acara yang ditampilkan seperti, pidato tiga bahasa ( Indonesia, Arab dan Inggris) solo vokal, tari kreasi maupun tari daerah, drama, puisi, berbalas pantun, dan lain-lain, merupakan hiburan yang istimewa bagi para majelis guru dan orang tua serta segenap undangan yang hadir.
Para pengisi acara tampil dengan maksimal, hal ini terlihat dari meriahnya sambutan yang diberikan. Ibu Dra. Lutfiah sebagai Ketua Panitia Pelaksana mengungkapkan “ acara pelepasan siswa dan siswi pada tahun ini mengambil tema,” Budayo Melayu Jambi Budayo Kito”, dengan harapan para generasi muda, menjadi bangga dengan kebudyaan kita sendiri, mengenal dan menghidupkan budaya, apalagi daerah seberang Jambi ini direncanakan menjadi sentral wisata religius sebagaimana yang dicanangkan oleh Bapak Gubernur Jambi, Drs. H. Hasan Basri Agus, untuk itu, lanjutnya, baik siswa maupun guru semuanya memakai pakaian melayu Jambi, lengkap dengan kopiah serta tengkuluk, “pungkasnya. (ilu)

Senin, 06 Januari 2014

Urgensi Pendidikan Karakter Bagi Pengembangan Sikap Siswa



Urgensi Pendidikan Karakter Bagi Pengembangan Sikap Siswa
( Dalam Persfektif pendidikan Islam )
Oleh : Asharuddin, S.Ag *

Tulisan ini pernah dimuat di Jambi Ekspres 
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
            Mengajar merupakan sebuah pekerjaan yang amat mulia karena guru bisa membuat muridnya mengetahui bermacam ilmu pengetahuan, tahu membedakan mana yang salah dan yang benar, dan tentu saja adanya perubahan sikap menjadi lebih baik, inilah yang diinginkan semua guru, muridnya pintar dan akhlaknya juga baik.
            Orang tua tentu saja bangga bila anaknya berhasil menjadi seorang dokter dengan nilai yang amat memuaskan, dan orang tua mana yang tak bahagia bila anaknya berhasil menjadi Sarjana pendidikan, sarjana pertanian dan sarjana-sarjana lainnya.
            Namun, tentu saja orang tua akan lebih bangga dan bahagia, ketika anaknya bukan saja mampu menyelesaikan proses akademis pendidikan, tapi anaknya juga memiliki akhlak yang mulia, menomor satukan shalat, menghormati yang tua, menyayangi yang muda dan hidup berdampingan dengan siapa saja tanpa adanya permusuhan, iri dan dengki.
            Mereka inilah diharapkan nantinya akan menggantikan generasi sekarang, mereka menguasai keahlian masing-masing apapun bidangnya, namun mereka tetap teguh menjalankan ajaran agama yang cinta damai sehingga ketika ia jadi dokter, maka ia akan menjadi dokter yang penuh dengan dedikasi yang tinggi, punya rasa simpati pada pasiennya.
 Begitu pula ketika ia menjadi polisi maka akan menjadi polisi yang baik, yang benar-benar menegakkan keadilan. Menghukum yang bersalah dan membebaskan yang benar.
Ketika ia menjadi guru ia akan menjadi guru yang baik, mengajar dengan penuh rasa cinta, menganggap anak didiknya seperti anak sendiri, sehingga tidak ada yang namanya kekerasan dalam pendidikan. Anak didik berhasil mencapai cita-citanya tanpa menyampingkan ajaran agama. Ternyata memang indah andaikan ilmu dan agama diseimbangkan, Meminjam istilah pak Kiyai, ‘ Dengan seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan agama hidup menjadi terarah”
Disinilah pentingnya memupuk rasa saling menyayangi, rasa saling mengasihi, menghormati dan menghargai, pada anak didik dimulai dari bangku sekolah.  Ketika memberikan pelajaran TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi ) ajarkan bahwa internet bisa jadi salah satu sumber pengetahuan, menggunakannya dengan benar akan sangat bermanfaat. Namun internet tak layak diakses bila untuk membuka situs-situs terlarang. Merubah foto-foto menjadi pornografi, mengganti wajah dengan orang lain, dan sebagainya. Andaikan pemahaman agama bahwa Allah maha melihat benar-benar terpatri dalam diri anak-anak kita, niscaya mereka malu dengan Allah yang selalu melihat  kapanpun dan dimanapun yang kita perbuat.
Begitu pula ketika  mengajarkan Matematika ajarkan bahwa ilmu hitung ini amat besar manfaatnya, dengan ilmu hitung ini orang bisa menghitung zakat, menghitung rakaat shalat, dan menghitung asma Allah dan tentu saja untuk menghitung aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidaklah sia-sia ilmu yang diajarkan.
Seorang guru harus memasukkan pesan-pesan kedamaian dalam semua mata pelajaran yang diajarkannya, bila ingin anak didiknya tidak hanya menguasai ilmu, tapi anak didiknya tahu manfaat dari ilmu itu. Sehingga apa yang diajarkan benar-benar membekas dalam diri anak didik dan bila tiba saatnya dia lulus, dia sudah dewasa, dia akan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan terciptalah kedamaian dalam lingkungannya masing-masing.
Tidak ada lagi namanya koruptor, hacker, mal praktek, serta jenis-jenis penyalahgunaan kepintaran yang ada di muka bumi ini. Semuanya benar-benar berlandaskan ajaran agama yang cinta damai.
Dan Islam mengajarkan cinta damai, saling menyayangi, menghargai dan toleransi yang sangat tinggi. Tidak terhitung peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Bagaimana beliau mengajarkan saling menghormati, akhlak beliau yang patut diteladani, beliau berbuat baik bukan hanya kepada sesama muslim saja, tetapi kepada yang non-muslim pun beliau menampakkan akhlak yang luar biasa. Ketika beliau mendengar berita bahwa teman yang non-muslim sedang sakit, ternyata beliaulah orang yang pertama menjenguk dan mendoakan kesehatannya, siapa sangka ketulusan beliau yang sangat mendalam dan rasa simpati yang tinggi membuat banyak hati yang terkesan. Sesungguhnya agama itu hanya bagi orang yang berakal, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Maka orang-orang yang berakalah yang bisa melihat bahwa Islam itu sangat mencintai kedamaian.
Oleh karena itu ajaran yang beliau sampaikan sangat menekankan cinta kasih, kedamaian dan ketenangan. Bukankah Allah bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Maha pengasih lagi maha Penyayang. Allah maha pengasih memang tidak pilih kasih. Dan Allah maha penyayang kepada semua yang ada di alam ini.
Tidak ada yang membantah kalau Rasulullah SAW,  merupakan rahmatan lil alamin. Rahmat bagi sekalian alam, karena beliau memang diutus untuk seluruh umat manusia, dan beliau sudah menjalankan semua yang ditugaskan Allah SWT kepadanya.
Memang indah andaikan saja hidup ini diisi dengan kedamaian, di sana senang di sini senang di mana-mana hatiku senang.. di sekolah senang, di kantor senang, di masjid senang, di pasar senang, harapannya disemua tempat tercipta kesenangan dan kedamaian.
Di sekolah guru bisa mengajarkan anak didik  dengan penuh kasih sayang, dengan bahasa yang santun serta memberikan teladan yang  baik, rasanya dengan kondisi seperti ini apa yang dicita-citakan, bangsa Indonesia yang bermartabat, aman, damai dan sejahtera niscaya akan tercapai.
Makanya dalam program pembelajaran saat ini ada mengalami beberapa penambahan dalam program pembelajara yang dibuat oleh para guru. Diantaranya guru harus mencantumkan karakter bangsa atau karakter anak didik  yang diharapkan, antara lain tumbuhnya rasa hormat, tekun, rajin, bertanggung jawab, jujur dan lain-lain. Karena memang untuk menciptakan generasi yang berkwalitas dan berkepribadian yang baik harus diawali dari pendidikan sejak dini.

Pendidikan Berkarakter dan Tujuannya
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ( UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional Indonesia itu harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Mengapa demikian perlunya pengembangan karater bangsa dicantumkan dalam program pembelajaran ? karena sekolah adalah tempat yang paling tepat untuk membentuk karakter tersebut, dan ini tidak hanya diterapkan pada pelajaran agama saja, tetapi pada semua mata pelajaran. Tujuannya adalah agar anak didik  benar-benar menyadari bahwa ilmu tidak hanya masalah akademik tetapi lebih dari itu, harus melekat dalam fikiran dan nantinya akan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik kuliminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berfikir, cara bertindak dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas.
“ Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional ( UUD 1945 dan UU Sisdiknas ) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
            Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum ( Kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani, olah raga, seni serta keterampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat  terbangun dengan baik melalui sejarah yang  memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa dirinya dan bangsanya dimasa lalu, yang nantinya akan menghasilkan siapa dirinya dan bangsanya dimasa kini.
Selain  itu pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup ( geografi ), nilai yang hidup di masayarakat ( antropologi ), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang ( sosiologi ), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik ( ketatanegaraan/politik/kewarganegaraan ), bahasa Indonesia dengan cara berfikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan budaya karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian, nilai dan karakter bangsa yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata  dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Karena karakter anak didik  yang diharapkan mempunyai kepribadian yang baik, maka rumusnya adalah : seorang pasien akan percaya dengan khasiat obat apabila yang memberikannya seorang dokter. Seorang pemilik kendaraan akan menyerahkan kendaraannya yang rusak kepada tukang bengkel. Begitu pula orang tua akan menyerahkan dan mempercayakan anaknya di didik dengan baik oleh tenaga pendidik yang baik pula. Sebagai guru harus dan mutlak memberikan contoh dan sikap yang baik di depan anak didik. Bila berbicara mereka akan mendengarkan. Bila memberi tugas mereka akan mengerjakan. Di sinilah perlunya  seorang guru itu memang harus menjadi contoh teladan yang baik.
Dengan teladan yang baik rasanya tidak sulit untuk menerapkan pendidikan karakter bangsa, rasa kebersamaan, rasa persaudaraan bisa dipupuk, hubungan baik antara anak didik  dan anak didik , maupun antara anak didik  dan guru serta tenaga kependidikan akan semakin mudah diciptakan.
Islam sekali lagi sangat mencintai kedamaian, di dalam pendidikan pun , kalau menghukum hukumlah yang mendidik, bukan dengan kekerasan. Ingatlah ungkapan ahli Psikologi “ anak yang dididik dengan kebohongan  maka ia akan belajar menipu, ketika anak dididik dengan kekerasan diapun belajar mengungkapkan kekerasan, ketika anak dididik dengan cinta maka dia akan belajar mencintai,” kalau berprestasi janganlah  pelit untuk memberikan pujian, sekedar untuk membangkitkan semangat dan prestasi. Ibarat sekarang kita menebar kedamaian, kasih sayang, saling menghormati dan menghargai, tiba saatnya nanti, kita akan melihat generasi Indonesia akan tumbuh dengan pribadi-pribadi yang kuat, siapa tau... esok hari merekalah yang akan menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara, merekalah yang akan memimpin bangsa ini. dan Indonesia akan berubah menjadi negara yang disegani, negara yang diperhitungkan di bumi ini, karena pemimpinnya lahir dari pendidikan yang berlandaskan  moral dan menjunjung tinggi kedamaian. Amiiiin...