Urgensi Pendidikan Karakter Bagi Pengembangan Sikap Siswa
( Dalam Persfektif pendidikan Islam )
Oleh : Asharuddin, S.Ag *
Tulisan ini pernah dimuat di Jambi Ekspres
Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran
Mengajar merupakan
sebuah pekerjaan yang amat mulia karena guru bisa membuat muridnya mengetahui
bermacam ilmu pengetahuan, tahu membedakan mana yang salah dan yang benar, dan
tentu saja adanya perubahan sikap menjadi lebih baik, inilah yang diinginkan
semua guru, muridnya pintar dan akhlaknya juga baik.
Orang tua tentu
saja bangga bila anaknya berhasil menjadi seorang dokter dengan nilai yang amat
memuaskan, dan orang tua mana yang tak bahagia bila anaknya berhasil menjadi
Sarjana pendidikan, sarjana pertanian dan sarjana-sarjana lainnya.
Namun, tentu saja
orang tua akan lebih bangga dan bahagia, ketika anaknya bukan saja mampu
menyelesaikan proses akademis pendidikan, tapi anaknya juga memiliki akhlak
yang mulia, menomor satukan shalat, menghormati yang tua, menyayangi yang muda
dan hidup berdampingan dengan siapa saja tanpa adanya permusuhan, iri dan
dengki.
Mereka inilah diharapkan
nantinya akan menggantikan generasi sekarang, mereka menguasai keahlian
masing-masing apapun bidangnya, namun mereka tetap teguh menjalankan ajaran
agama yang cinta damai sehingga ketika ia jadi dokter, maka ia akan menjadi
dokter yang penuh dengan dedikasi yang tinggi, punya rasa simpati pada
pasiennya.
Begitu pula ketika ia
menjadi polisi maka akan menjadi polisi yang baik, yang benar-benar menegakkan
keadilan. Menghukum yang bersalah dan membebaskan yang benar.
Ketika ia menjadi guru ia akan menjadi guru yang baik, mengajar
dengan penuh rasa cinta, menganggap anak didiknya seperti anak sendiri,
sehingga tidak ada yang namanya kekerasan dalam pendidikan. Anak didik berhasil
mencapai cita-citanya tanpa menyampingkan ajaran agama. Ternyata memang indah
andaikan ilmu dan agama diseimbangkan, Meminjam istilah pak Kiyai, ‘ Dengan
seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan agama
hidup menjadi terarah”
Disinilah pentingnya memupuk rasa saling menyayangi, rasa saling
mengasihi, menghormati dan menghargai, pada anak didik dimulai dari bangku
sekolah. Ketika memberikan pelajaran TIK
( Teknologi Informasi dan Komunikasi ) ajarkan bahwa internet bisa jadi salah
satu sumber pengetahuan, menggunakannya dengan benar akan sangat bermanfaat.
Namun internet tak layak diakses bila untuk membuka situs-situs terlarang. Merubah
foto-foto menjadi pornografi, mengganti wajah dengan orang lain, dan
sebagainya. Andaikan pemahaman agama bahwa Allah maha melihat benar-benar
terpatri dalam diri anak-anak kita, niscaya mereka malu dengan Allah yang
selalu melihat kapanpun dan dimanapun
yang kita perbuat.
Begitu pula ketika mengajarkan Matematika ajarkan bahwa ilmu
hitung ini amat besar manfaatnya, dengan ilmu hitung ini orang bisa menghitung
zakat, menghitung rakaat shalat, dan menghitung asma Allah dan tentu saja untuk
menghitung aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidaklah sia-sia ilmu yang diajarkan.
Seorang guru harus memasukkan pesan-pesan kedamaian dalam semua
mata pelajaran yang diajarkannya, bila ingin anak didiknya tidak hanya
menguasai ilmu, tapi anak didiknya tahu manfaat dari ilmu itu. Sehingga apa
yang diajarkan benar-benar membekas dalam diri anak didik dan bila tiba saatnya
dia lulus, dia sudah dewasa, dia akan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,
maka akan terciptalah kedamaian dalam lingkungannya masing-masing.
Tidak ada lagi namanya koruptor, hacker, mal praktek, serta
jenis-jenis penyalahgunaan kepintaran yang ada di muka bumi ini. Semuanya
benar-benar berlandaskan ajaran agama yang cinta damai.
Dan Islam mengajarkan cinta damai, saling menyayangi, menghargai
dan toleransi yang sangat tinggi. Tidak terhitung peristiwa yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW. Bagaimana beliau mengajarkan saling menghormati, akhlak beliau
yang patut diteladani, beliau berbuat baik bukan hanya kepada sesama muslim
saja, tetapi kepada yang non-muslim pun beliau menampakkan akhlak yang luar
biasa. Ketika beliau mendengar berita bahwa teman yang non-muslim sedang sakit,
ternyata beliaulah orang yang pertama menjenguk dan mendoakan kesehatannya,
siapa sangka ketulusan beliau yang sangat mendalam dan rasa simpati yang tinggi
membuat banyak hati yang terkesan. Sesungguhnya agama itu hanya bagi orang yang
berakal, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Maka orang-orang
yang berakalah yang bisa melihat bahwa Islam itu sangat mencintai kedamaian.
Oleh karena itu ajaran yang beliau sampaikan sangat menekankan
cinta kasih, kedamaian dan ketenangan. Bukankah Allah bersifat Ar-Rahman
dan Ar-Rahim. Maha pengasih lagi maha Penyayang. Allah maha pengasih
memang tidak pilih kasih. Dan Allah maha penyayang kepada semua yang ada di
alam ini.
Tidak ada yang membantah kalau Rasulullah SAW, merupakan rahmatan lil alamin. Rahmat
bagi sekalian alam, karena beliau memang diutus untuk seluruh umat manusia, dan
beliau sudah menjalankan semua yang ditugaskan Allah SWT kepadanya.
Memang indah andaikan saja hidup ini diisi dengan kedamaian, di
sana senang di sini senang di mana-mana hatiku senang.. di sekolah senang, di
kantor senang, di masjid senang, di pasar senang, harapannya disemua tempat
tercipta kesenangan dan kedamaian.
Di sekolah guru bisa mengajarkan anak didik dengan penuh kasih sayang, dengan bahasa yang
santun serta memberikan teladan yang
baik, rasanya dengan kondisi seperti ini apa yang dicita-citakan, bangsa
Indonesia yang bermartabat, aman, damai dan sejahtera niscaya akan tercapai.
Makanya dalam program pembelajaran saat ini ada mengalami beberapa
penambahan dalam program pembelajara yang dibuat oleh para guru. Diantaranya
guru harus mencantumkan karakter bangsa atau karakter anak didik yang diharapkan, antara lain tumbuhnya rasa
hormat, tekun, rajin, bertanggung jawab, jujur dan lain-lain. Karena memang
untuk menciptakan generasi yang berkwalitas dan berkepribadian yang baik harus
diawali dari pendidikan sejak dini.
Pendidikan Berkarakter dan Tujuannya
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional ( UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional Indonesia itu
harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan
tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa.
Mengapa demikian perlunya pengembangan karater bangsa dicantumkan
dalam program pembelajaran ? karena sekolah adalah tempat yang paling tepat
untuk membentuk karakter tersebut, dan ini tidak hanya diterapkan pada
pelajaran agama saja, tetapi pada semua mata pelajaran. Tujuannya adalah agar anak
didik benar-benar menyadari bahwa ilmu
tidak hanya masalah akademik tetapi lebih dari itu, harus melekat dalam fikiran
dan nantinya akan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat
pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.
Pada titik kuliminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat
makro akan menjadi norma dan nilai bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan
menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berfikir, cara
bertindak dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri
ke-Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang
diamanatkan dalam UU Sisdiknas.
“ Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh
karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional ( UUD 1945 dan UU
Sisdiknas ) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan
keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
Proses
pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki
suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang
ada dalam kurikulum ( Kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani,
olah raga, seni serta keterampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter
bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat
penting. Kesadaran tersebut hanya dapat
terbangun dengan baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai
siapa dirinya dan bangsanya dimasa lalu, yang nantinya akan menghasilkan siapa
dirinya dan bangsanya dimasa kini.
Selain itu pendidikan harus
membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan dan nilai berkenaan dengan
lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup ( geografi ), nilai yang hidup di
masayarakat ( antropologi ), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (
sosiologi ), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik ( ketatanegaraan/politik/kewarganegaraan
), bahasa Indonesia dengan cara berfikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu,
teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa
pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan budaya karakter bangsa.
Dengan terobosan kurikulum yang demikian, nilai dan karakter bangsa yang
dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan
nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa.
Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh
karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah
pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa
Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan
nasional.
Karena karakter anak didik yang diharapkan mempunyai kepribadian yang
baik, maka rumusnya adalah : seorang pasien akan percaya dengan khasiat obat
apabila yang memberikannya seorang dokter. Seorang pemilik kendaraan akan
menyerahkan kendaraannya yang rusak kepada tukang bengkel. Begitu pula orang
tua akan menyerahkan dan mempercayakan anaknya di didik dengan baik oleh tenaga
pendidik yang baik pula. Sebagai guru harus dan mutlak memberikan contoh dan
sikap yang baik di depan anak didik. Bila berbicara mereka akan mendengarkan.
Bila memberi tugas mereka akan mengerjakan. Di sinilah perlunya seorang guru itu memang harus menjadi contoh
teladan yang baik.
Dengan teladan yang baik rasanya tidak sulit untuk menerapkan
pendidikan karakter bangsa, rasa kebersamaan, rasa persaudaraan bisa dipupuk,
hubungan baik antara anak didik dan anak
didik , maupun antara anak didik dan
guru serta tenaga kependidikan akan semakin mudah diciptakan.
Islam sekali lagi sangat mencintai kedamaian, di dalam pendidikan
pun , kalau menghukum hukumlah yang mendidik, bukan dengan kekerasan. Ingatlah ungkapan
ahli Psikologi “ anak yang dididik dengan kebohongan maka ia akan belajar menipu, ketika anak
dididik dengan kekerasan diapun belajar mengungkapkan kekerasan, ketika anak
dididik dengan cinta maka dia akan belajar mencintai,” kalau berprestasi
janganlah pelit untuk memberikan pujian,
sekedar untuk membangkitkan semangat dan prestasi. Ibarat sekarang kita menebar
kedamaian, kasih sayang, saling menghormati dan menghargai, tiba saatnya nanti,
kita akan melihat generasi Indonesia akan tumbuh dengan pribadi-pribadi yang
kuat, siapa tau... esok hari merekalah yang akan menjalankan roda kehidupan berbangsa
dan bernegara, merekalah yang akan memimpin bangsa ini. dan Indonesia akan
berubah menjadi negara yang disegani, negara yang diperhitungkan di bumi ini,
karena pemimpinnya lahir dari pendidikan yang berlandaskan moral dan menjunjung tinggi kedamaian. Amiiiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar